Selasa, 23 Desember 2008

Perhatikan namanya!!




Minggu lalu saat sesi melamun dibalairung selasar sayap selatan, seekor burung kecil turun dan melompat-lompat dihadapanku. Spontan saja seseorang berkata “ih…. Lucunya burung gereja itu…”
Kalimat sederhana itu menyentak kesadaranku.
Coba dalami, bagaimana kita bisa menyatakannya sebagai burung gereja? Sementara kata gereja lebih terkonotasi pada kaum nasrani? Dengan kuasa macam apa kita menghukumi mereka? Siapa yang tahu burung itu nasrani, Muslim, hindu, budha atau bahkan komunis…
Sparrow nama inggris nya, Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Class: Aves Order: Passeriformes...familinya ( di gambar saya) Passeridae,
Di Indonesia ada dua jenis burung yang dinamai Burung gereja, satu bernama latin Passer montanus sedangkan yang lainnya adalah Passer domesticus. Passer domesticus di Indonesia termasuk langka .perbedaan antara keduanyapun sedikit sekali, Passer montanus punya bercak hitam di pipi, yang satunya lagi tidak. Ciri-ciri pembeda lainnya agak sulit ditangkap mata.
Bangunan buatan manusia menjadi tempat favorit bagi mereka untuk membuat sarang, terutama diantara rekahan tembok dan junjungan atap.
Pada masa itu Gereja model Eropa, ditiru arsitekturnya di Indonesia dengan tembok-tembok tinggi dan adanya rekahan memberikan ruang bagi sang burung untuk membuat sarang. Sesederhana itu.

Dengan sedikit hal ini, semoga mengingatkan kita agar tak dengan mudah menjuluki sesuatu….

“Ketika malam tiba…"



“Ketika malam tiba…
Kurela kau berada…
Dengan siapa… kau melewatinya…..”

Alunan nada sumbang Iwan Fals diatas terdengar dalam sebuah kopata, dalam perjalanan pendek dalam kota JogJa.
Sejenak saja….bolehkah bertanya?
Untuk apa malam-malam kita habis berlalu?

Bekerja keras….!!! teriak maling, preman serta pelacur malam.
Tidur lelap diatas ranjang…. kata pejabat pemerintahan
Bermimpi yang tinggi, karma hanya dalam mimpi segala kupunyai…! Jerit pengemis jalanan
Mendoa memasrahkan diri….! kata abid agama……

Waktu berlalu panjang setiap malam…
Tahukah kau untuk apa bintang dicipta?
Pertama adalah sebagai perhiasan agar langit malam tak selalu kelam menghitam.
Yang kedua adalah untuk melempar para setan serta jin yang mencuri berita dari langit.

Dan tentu kau tahu.. ketika malam tersisa sepertiga terakhir, malaikat turun beroborkan bintang, mencari manusia yang terbuka mata hatinya, dengan kesungguhan jiwa mensucikan diri lalu menyembah Tuhannya mencari arti….
Maka…

“Dengan siapa…. Kau melewatinya….?”

Minggu, 21 Desember 2008

“sayap yang patah akan tumbuh seiring berjalannya waktu”


Setiap manusia aku yakini memiliki sepasang sayap, entah dalam bentuk apa dan terpasang dimana, sulit menginterprestasikannya dengan pikiran yang jelas.
Dengan kedua sayapnya itulah manusia terbang jauh, menuju alam khayali yang mungkin diciptakannya sendiri atau dengan bantuan orang lain, dan bermacam macam pula dunia itu,
disini aku hanya ingin sedikit ngoceh tentang duniaku,

Duniaku adalah hamparan rumput menghijau tanpa batas yang diatasnya bernaung awan kapas putih berarak, matahari bersinar, sungguh cerah.. tak panas, tak juga mendung, dalam padang rumputku tumbuh bermacam pohon raksasa, setia menaungi bumi, hijau daun dan bermacam lebatnya buah. Tanpa batas!
Dibawah pohon raksasa itu terdapat sebuah ayunan. Dan disitulah kuhabiskan waktuku bersama seseorang. Semua terasa begitu indah, tanpa badai atau bahkan gerimis kecil.
Hingga waktu itu tiba, entah darimana sebuah petir datang dalam duniaku dan menyambar pohon kesayanganku.
Daunnya terbakar. Luruh menjadi tanah, batangnya menghitam, mengeras batu. Seketika aku terlonjak dari tempat dudukku. Saat itulah semuanya berubah…
Padang rumput dihadapanku berubah meranggas, menyisakan abu dedaunan, awan-awan indah serentak pergi menghilang dan terganti dengan turunnya matahari yang membakar kepalaku.
ketika kutengok kebelakang, pohon itu sudah hilang, juga seseorang yang berada diayunan itu sebelumnya…
Hilang begitu saja….
Ketika kembali kutengok depan, abu dedaunan hilang, dan berganti padang pasir tanpa batas.
Dan aku baru sadar… semua itu semu…
Bukan ini yang seharusnya kucari dan kunikmati….
Aku yakin, ada hal besar lain yang menungguku diujung. Bukan ujung padang ini, melainkan ujung dunia khayali ini….

Bagaimana cerita duniamu?