Sabtu, 19 Desember 2009

siapa aku yang mati kaku?


Silau abu abu berselimut kabut kelabu
Diluar angin menderu
Dari secangkir teh di ujung jendela tercium aroma
Aroma bahagia yang mewahyu pada ritus insomnia

Angin mengetuk pintu jendela yang terbuka
Di luar sana dunia menjerit hampa
Ada lolongan serigala dan histeris wanita

Aku meringkuk saja
Dalam dimensi ruang dan waktu aku
Sibuk berkecamuk bertanya aku
Siapa di luar sana?
Yang meneriakkan kata duka?!

Rabu, 09 September 2009


Bulan ramadhan, bulan diwajibkannya puasa bagi umat Islam. Tua muda, pria wanita, tak bisa mungkir dari kewajibannya. Masjid masjid mendadak ramai.waktu subuh dan isya menjadi ceria. Namun begitu 10 hari pertama terlewati, prosentase pengunjung masjid mengalami “kemajuan” yang cukup signifikan. Dari yang sebelumnya 10 shaf menjadi 6-7 shaf saja. Di beberapa tempat juga muncul pasar dadakan yang buka menjelang waktu berbuka puasa tiba. Sayangnya, para penjual mengenakan pakaian yang “tidak memenuhi standart” alias minim. Yang mana malah mengurangi nilai puasanya.

Ramadhan telah mengugah euphoria beragama umat islam, namun langsung melempem sepekan setelahnya.

Selain itu, para siswa siswi juga ikut “berbahagia”. Apa pasal? Ternyata jam KBM di sekolah ikut tererosi. Yang dulunya 1 jam pelajaran = 45 menit, saat ramadhan dikorupsi menjadi 30 menit. Dengan alasan puasa.
Padahal puasa khan suatu kewajiban. Kenapa dikambing hitamkan?! Apa gunanya jam pelajaran dikurangi dengan alasan agar ibadah lebih khusyuk namun kenyataan di lapangan bicara lain?! Anak anak SMP dan SMA mayoritas malah menghabiskan “sisa” waktunya untuk jalan jalan, maen ps, dll. Yang justru membawa mudharat.

Bolehlah bila jam KBM dikurangi, tapi cuma untuk anak SD. Anggaplah sebagai pembelajaran ibadah. Toh Rasulullah Muhammad SAW dalam salah satu haditsnya menyaranan bahwa perintah beribadah untuk anak anak wajib setelah usia 10 tahun. Bila jam KBM anak SMA dan SMP dikurangi juga, apa bedanya mereka dengan anak SD?!

Allah Maha Bijaksana. Toh masyarakat diingatkan juga, baru kemarin gempa sukabumi terjadi tadi malam sekitar pukul 11an ada gempa lagi. Kali ini terjadi di 220 km selatan Wonosari, dengan kedalaman 30km.mungkin gempa itu suatu peringatan. Agar di bulan ini kita tidak melupakanNya.
Kalau dipikir pikir, dengan kondisi pendidikan dan masyarakat macam begini, kapan pemikiran dan peradaban Islam bisa bangkit? Wallahualam.

Senin, 31 Agustus 2009


sesaat duduk duduk di beranda kamar, tersadar pikiran beberapa waktu silam. pada kenangan masa SMA. saat itulah, beberapa petuah usang kembali terngiang. salah satunya, "aktivis dilarang pacaran".

"dilarang pacaran". sebuah petuah yang lahir dari rahim ketidakmatangan emosi. yang kemudian waktu mengganggu etos kerja sebagai aktivis(pandangan umum). melupakan amanah dan terkadang merusak ukhuwah. bila memang benar begitu, mengapakah bisa terjadi korsleting antara cinta dan etos kerja?!

bila mungkin benar cinta bersifat subversif terhadap profesionalisme, sungguh betapa malang manusia?! untungnya redaksi petuah itu berbunyi "aktivis dilarang pacaran", dan bukan "aktivis dilarang jatuh cinta". karena cinta itu fitrah manusia. tak mau diundang bila tak mau datang, dan tak bisa mengelak bila masanya kelak. cinta bersifat universal,tak mampu disekat ruang dan waktu,karena pada dasarnya cinta adalah cerita indah tentang apa saja.

bolehlah bila aktivis harus menyisihkan cinta dari lubuk hatinya, bila cinta yang dimaksud adalah cinta ego belaka. posesif,absurd dan berpotensi korslet dengan etos kerja.

padahal sesungguhnya cinta itu tenaga. yang mampu memberi kekuatan bagi kegiatan apa saja. bergantung pada pengendalian dan tranformasinya. pada prakteknya, energi cinta tak perlu lah tertuang dalam bentuk konsentrasi terhadap lawan jenis, meski jelas kemungkinan ke situ besar adanya. bila cinta itu datang pada takaran yang tepat dan masa yang siap, tak perlulah kau tutup itu hati. biarkan cinta mengisi dengan energi. mencintai adalah bentuk memberi tanpa keinginan menerima.

pada akhirnya saya jadi teringat pepatah pecinta sejati...
"bahwa mencintai tak harus memiliki"

Senin, 24 Agustus 2009


ada malaikat abu abu bersayap satu
datang menakutiku dengan sayatan silet di muka dan matanya yang ungu

aku takut dan meringkuk.
ku kira bukanlah malaikat dia
karna jubahnya hitam menjelaga
seperti arang dan abu di tungku ibuku

tapi kemudian bulunya jatuh satu
berwarna abu abu.

aku takut nanti malaikat itu akan datang padaku.
bertemu untuk menanyaiku.
aku takut.
malaikat itu...
tercipta dari mata air air mata

Rabu, 22 Juli 2009

the power of me


Imaji, alam khayal, adalah sebuah kosmos yang tercipta didalam neuron neuron otak. Yang memperindah dunia, yang mampu merubah warna putih menjadi hitam dan merah menjadi biru. Bila sastra tercipta memperindah kata, maka Allah maha Bijaksana dengan menanamkan imaji pada otak manusia.
Maka ketika ada seseorang yang meremehkan imajinasi manusia (tanpa sedikitpun keinginan mendewakan imajinasi), saya merasa terusik. Wiro sableng, Hercules,Wolverine,Spiderman,Batman dan si Buta dari goa Hantu adalah tokoh tokoh imaji yang turut berperan dalam pembentukan karakter Handika kecil. Handika kecil yang sering dimarahi ibunya gara gara kamar yang penuh sarang laba laba dengan harapan suatu saat salah satu laba laba itu akan turun dan mengigitnya. Lalu… Handika akan menjadi seorang Parker. Atau kegilaan kegilaan lain yang memelangi, mewarnai masa kecil dengan begitu indahnya.
Dunia ini adalah tidak punya batas batas tertentu, dan imajinasilah yang membuatnya begitu. Cara berfikir ala Aristotelian yang mengedepankan fakta fakta yang ada masih dominan dalam tiap pembelajran yang ada. Dalam tiap sekolah dan kuliah kita dijejali fakta fakta dan fakta. Kebenaran ada berdasarkan logika. Dominasi logika demikian disebut kaum Aristetollian. Pemikiran ala Aristotelian hanya akan melahirkan ilmu pengetahuan yang sempit. Kebenaran adalah milik logika. Dan segala sesuatunya yang tidak sesuai akan tersingkir dari perpustakaan pikiran. Contoh: mitos, legenda dan dongeng dongeng kuno.
Energy mengikuti imajinasi. Begitulah kata Enstein. Dan dengan imajinasi yang kuat dia akhirnya mampu menghasilkan berbagai penemuan menakjubkan yang “sukses” mengubah wajah dunia. Ada cerita tentang Mayor James Nemeth, seorang jendral Amerika yang ditugaskan pada perang Vietnam dan tertangkap tentara Vietnam. Selama 7 tahun dia terkungkung tanpa sinar matahari dalam ruangan sempit nan sumpek tanpa interaksi dengan dunia luar. Dia tahu dia akan segera gila bila berpikir terus menerus cara melarikan diri. Karna hal itu mustahil. Lalu dia mengubah pola pikirnya. Tiap hari dia membayangkan dirinya berada ditengah padang golf yang luas dan bermain 18 hole. Gilanya begitu keluar penjara, ketika bermain golf permainannya jauh lebih akurat dari sebelumnya. Kuncinya ada pada imajinasi kita. Sekarang siapa mau meremehkan imajinasi?

Senin, 22 Juni 2009

maafkan...

Sebuah akuarium terpasang manis di pojok kamar. Ralph, Leo, Donny dan Mike ditemani teman teman kecilnya sedang asik berenang di dalamnya.

Kalimat diatas bukanlah sebuah awalan cerpen atau cerita khayalan, hal itu nyata terjadi di kamar saya. Beberapa teman terkejut demi mendapati adanya akuarium ini. Hehehehe… bukan apa apa, akuarium beserta isinya itu merupakan kado ulang tahun terindah yang pernah saya dapatkan, dan merupakan sebuah terapi psikologis atas apa yang telah saya lakukan waktu yang lalu.
Yang unik, pada awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan mereka berempat (Ralph dkk). Tapi pepatah tua jawa memang benar adanya “witing tresno jalaran soko kulino”, maka saya yang pada awalnya sangat malas untuk mengganti air, memberi makan dll, berubah 180o
Semuanya berawal setelah Leo dan Mike mogok makan beberapa hari, lemas tidak bertenaga. Maka malam itu juga saya langsung browsing, cari info sebanyak banyaknya tentang jenis kura kura ini. Beragam info saya dapatkan, dan ternyata apa yang terjadi pada mereka akibat perawatan asal asalan saya selama ini.
Maka esoknya dengan berbekal uang saku satu bulan, mengajak seorang teman saya jalan jalan ke Ngasem. Pasar hewan dekat kraton Jogja.di sana saya temukan banyak hewan dan kura kura lain yang bernasib sama atau bahkan lebih buruk dari Leo dan Mike.
Sepulang dari Ngasem, saya membawa banyak oleh oleh untuk kura kura kecil saya.sebuah akuarium ukuran standart untuk 4 ekor kura kura, sebuah filter dan lampu uv serta penghangat untuk mereka. Juga 12 ekor ikan kecil yang menambah keceriaan akuarium.
Kini, setiap pukul 6.30am,Ralph dkk berjemur di bawah matahari pagi hingga pukul 8.00am. makan teratur 2x sehari, 2x sayuran dan cacing tiap minggu, serta lingkungan akuarium yang lebih luas.
Alhamdulillah, beberapa hari kemudian kondisi Leo dan Mike membaik.yang masih terpikir hingga saat ini adalah nasib kura kura yang lain. Masih banyak Leo dan Mike yang lain di Ngasem. Menunggu nasib.entah lebih baik, atau mungkin menjadi persinggahan terakhir di dunia.

Sabtu, 20 Juni 2009


Beberapa hari sejak sore itu, nafsu makan berkurang, pikiran tak tenang dan insomnia membayang ketika petang. Hari hari penyesalan terjadi. Bahkan hingga saat ini. Ketika saya menuliskannya hanya sekedar berharap semoga ada orang lain yang mampu mengambil hikmahnya,

Ketika itu pukul empat sore, ketika saya berjalan menuju terminal Giwangan. Semua berjalan sebagaimana mestinya, hingga disebuah tikungan di bawah pohon, secara tak sengaja saya melihat sebuah sarang burung tergeletak di tanah.sarang itu jatuh dari tempatnya mungkin lima meteran. Dan dalam sarangh tersebut terdapat tiga ekor anak burung,dua tepatnya. Karena salah satunya sudah mati dirubung semut merah.yang mengenaskan, dua anak burung itu belum berbulu. Masih begitu lemah, dengan kelopak mata yang masih tertutup, dan beberapa semut yang mulai datang menggigitnya.
Segera saya angkat dua anak burung tersebut, saya bersihkan dari semut semut yang menggigitnya. Lalu diam. Bingung. Tak tahu harus berbuat apa. Bila saya tinggalkan, saya telah membiarkannya mati sia sia. Sedangkan kondisi saya hamper tidak mungkin untuk membawanya pulang.yang saya tahu, induk burung tidak akan memperhatikan nasib anaknya apabila sarangnya telah jatuh menyentuh tanah.

Setelah lama terdiam. Berperang dengan berbagai argument dan pemikiran. Saya menyerah pada insting dasar umat manusia, yang menganggap umat manusia tak lebih kuat daripada dirinya.
Pada akhirnya saya meninggalkannya di sarang burung yang penuh semut merah merubung, setelah sebelumnya saya sembelih keduanya dengan mengucap asma Allah. Bangkainya saya kembalikan pada semut semut merah yang akan mengembalikannya pada wujudnya yang tak abadi.

Saya tidak mungkin membawanya, lebih tidak mungkin meninggalkannya mati tersiksa. Saya tidak tahu, apakah yang saya lakukan sudah benar atau salah. Yang saya tahu, saya merasa amat bersalah setelahnya. Saya tidak pernah berharap mendapatkan pengalaman seperti ini,pun ketika saya mendapatkannya, saya tak bisa menolaknya. Andai saya boleh memilih…

come back!

Mengenaskan. Beberapa minggu tanpa up date. Tanpa sedikit perhatian. Tak adil rasanya bila mengkambinghitamkan musibah yang terjadi. Ini soal eksistensi.
Dan aku telah takluk oleh diri. Untuk “mengesampingkan” hal hal seperti ini. Tak perlu rasanya kata maaf terucap, karna memang tak pantas dan tak pasti ditujukan untuk siapa dan apa.
Pada hakikatnya aku tak pernah mampu berhenti menulis. Yang ada hanya berhenti mengetik, sebuah implementasi menulis itu sendiri. Langkah nyata membawa tulisan ke dunia maya.
Banyak hal telah terjadi, ada banyak tulisan berserakan. Ketka dikumpulkan untuk “ditulis” kembali, problematikanya terlanjur basi.
Maka dengan sisa sisa tulisan ini, aku kembali, merangkai mimpi untuk esok yang semoga makin berseri.

Selasa, 03 Maret 2009

DUNIA TANPA NADA



Suatu siang, menjemput ibunda tercinta. Beliau bekerja sebagai guru bagi para tuna wicara, SLB B. Saya datang sepuluh menit lebih awal dari jadwal ibuk pulang. Karena males nunggu di parkiran, ku putuskan berjalan – jalan sekedar kilas balik masa kecil.
Hehehe… sejak berumur 3 tahun 8 bulan hingga kira – kira kelas 5 SD, saya dibesarkan di lingkungan SLB. Sepulang dari TK atau SD, saya mampir dulu ke SLB, kemudian baru pulang ke rumah bersama ibuk. Saya besar di sini.
Ketika sampai di ayunan, iseng saja duduk di situ. Eh, ada adek – adek kelas 1 yang sudah pulang tapi masih maen – maen ( gak langsung pulang ) di sekitar situ. Seorang dari mereka bermain di dekatku. Tampaknya tertarik dengan mp3 saya. Tanpa banyak cing – cong, saya serahkan headset kepadanya. Ia tampak senang menerimanya, dipasang di telinga, lalu… diam. Saat itu lah, saya baru sadar. Dia tuli… !!!
Betapa bodohnya saya. Saya telah melukainya secara halus. Dia masih tak mengerti. Dia malah tersenyum, lalu memanggil kawan – kawannya dan berkata dengan bahasa isyarat pada mereka bahwa dia tampak lebih cantik dengan “ hiasan “ itu….
Ya Allah… ampuni hamba, yang selama ini mungkin menyiakan anugerahmu ini, pendengaran ini. Bayangkan bila mana kita yang hidup normal selama ini, lalu tiba – tiba dunia menjadi sunyi senyap seisinya. Dunia tanpa suara, tanpa nada. Bayangkan mereka yang terlahir tanpa pernah mendengar suara ibundanya, manusia yang melahirkan mereka….
Ya Allah… ampuni hamba….

Sabtu, 21 Februari 2009

Ponari dan Perang Akal…


Sungguh! Bukan main! Lagi-lagi kota Jombang menjadi pusat perhatian nasional setelah sebelumnya Ryan sang penjagal menghitamkan langit Jombang, kini giliran Ponari, murid kelas 3 SD Negeri 1 Balongsari yang menjadi dukun tiban setelah adanya petir di sore hari “memberinya” batu yang menjadi mediator berbagai jenis penyakit.

Yah, bagaimanapun ini adalah sebuah tamparan keras pemerintah yang dianggap gagal menyediakan fasilitas kesehatan yang murah.
Ponari adalah sebuah fenomena alam. keluar dari konteks benar salah. Ponari kini adalah selebritis medis Indonesia. Oleh karenanya, di sini saya berusaha membuka pola pikir kita agar lebih terbuka terhadap fenomena ini.Sejenak saja mengistirahatkan logika dan rasional, bukan juga berbisik dengan pikiran-pikiran gaib yang tak berteori.
Fenomena Ponari mari kita kaitkan dengan ranah filsafat teologi. Pemahaman ketuhanan yang dibangun kadang hanya mendasar pada realitas, rasionalitas, dan logika.
Jika hal ini benar terjadi maka Tuhan adalah wilayah kajian empiris yang tidak dapat diraba secara indra. Namun sebagai manusia yang pasti sulit mempertahankan kondisi sedemikian ini, pada suatu titik tertentu, pasti akan buntu. Alam empiris seolah hanya bisa tersaji tanpa bisa menyaji.
Melalui peristiwa ini, Allah seolah mengingatkan kita yang melupakan keberadaan-Nya. Nama Allah memang selalu tersebut oleh lidah. Namun kehidupan sehari-hari? Sudahkah terwujud?
Dan dengan sudut pandang semacam ini, marilah sejenak merenungkan kembali konsep penghambaan diri sebagai peredam perang akal dan hati.
Sejenak saja, mari membaca dengan hati, akal dibangkucadangkan, menunggu saat yang tepat untuk digunakan kembali. Bukannya tidak menggunakan akal sepenuhnya, alangkah baiknya jika mata hati dan akal mampu berjalan secara harmonis dan seimbangdalam hidup ini.
Kepada mereka yang masih mendewakan dukun tiban ini, mari berpikir jernih, bukan sekedar nekat adalah sebuah ikhtiar yang mulia. Jangan sampai salah langkah, apalagi hingga mempersembahkan 4 nyawa sebagai korbannya. Kesembuhan… sesungguhnya tak pernah lepas dari tangan Tuhan.

Minggu, 08 Februari 2009

no.... one..!


Kadang kata tak berarti….
Kalau hanya kan sakiti…..
Pilihlah aku-So7

Alunan lagu ini beberapa waktu yang lalu dikost seorang teman, seperti mengingatkan jiwa pada rasa yang telah lampau.

Saat saat seperti ini, seolah menjadi penasaran pada diri sendiri. Akhirnya, tadi malam kuberanikan diri, membuka kembali pintu abu-abu. Sebuah ruangan kecil,usang dan dekil di pojok hati. Ruang yang pernah menjadi sumber segala energi.kemauan. dan mimpi. Berusaha mengejar, mungkin saja masih ada, sesosok bayangan atau seseorang yang tertinggal yang menjadi penghuni tempat ini.

Tapi yang ada, hanyalah ruangan kosong. Berdebu. Berwarna hitam. Tanpa seseorang atau sesosok bayangan samar ada disana. Ketika melangkah.... kepalaku tersaput jaring laba-laba. Ah... ternyata memang sudah lama... aku berteriak. Kencang di dalamnya, dan hanya suaraku seorang. Benar-benar tak ada seorangpun disana.

Lalu aku keluar. Menutup pintu abu-abu itu kembali rapat-rapat. Menguncinya, menggemboknya, lalu dipalang dengan 7 kayu besar.
Dan aku lega, akupun pergi segera dari tempat tempat itu.

Selasa, 03 Februari 2009

Salam olahraga!


Yap, setelah agak lama vakum nulis, akhirnya keluar juga… kali ini jimat gawang Indonesia menjadi bahan bicara saya. 2 kali bermain melawan klub dengan level yang lebih tinggi, timnas kita tak sekalipun tertunduk kebobolan. Memang tak bisa dipungkiri bahwa ada banyak faktor yang menjadi penentu, tapi pada plontos satu ini, saya yakin Indonesia patut berterima kasih padanya.

Memulai debutnya sebagai penjaga gawang timnas pada penyisihan grup piala asia 2007 lalu melawan Korea Selatan, Markus perlahan tapi pasti mulai menyingkiran kiper gemuk nan imut Indonesia, Jendri Pitoy. Hingga akhirnya sekarang posisi Markus sebagai kiper utama tak tergantikan di timnas.

Dibesarkan di keluarga yang kesemuanya beragama kristen, Markus justru lebih tertarik kepada agama Islam. Putra dari pasangan Julius Ririhina dan Yenny Rosmawati (alm) ini lebih dekat pada keluarga dari pihak ibu yang notabene Muslim. Ibunda dari Markus sendiri sebelumnya seorang muslimah, sebelum akhirnya menikah dengan Julius Ririhina. Pada masa kecil, Markus sering kali bermain bersama saudara-saudaranya di masjid sekitar tempat tinggalnya, dari situlah sedikit sedkit dia mulai mengerti tentang dien ini.

Pada 2004, pada usia 25 tahun Markus mulai memdapatkan hidayah dari Allah SWT, dan ia pun memutuskan untuk masuk agama Islam. Sejak menjadi mualaf iapun berganti nama menjadi Muhammad Haris, namun karena sudah terlanjur beken Markus Horison. Nama itu ia pertahankan.

Semangat Markus! Be a good Moslem! Dan….

Salam olahraga!

Selasa, 20 Januari 2009



bintang dilangit kerlip engkau disana...
membawa cahayanya disetiap insan..
malam yang dingin kuharap engkau datang, membawa kerinduan disela mimpi-mimpinya...
-AIR-


Sejenak beranjak, meresapi malam dengan seribu penafsiran. Menikmati kerlip-kerlip kecil cahaya bintang. Untuk sebuah kepastian. Menunggu malam segera berakhir dan tergantikan pagi.

Aha… ternyata, hobi malam menatap binatang ada gunanya juga. Kemarin, terinspirasi dari praktikum fisika kesehatan, tulisan ini lahir.

Cacat mata. Baik itu hipermetropi (rabun dekat) maupun miopi (rabun jauh) [maafkan saya sebelumnya, disini saya tidak menjelaskan apa saja macam dan definisinya, karena saya pikir sudah banyak yang menjelaskannya… hehehe] kebanyakan diakibatkan karena kebiasaan buruk. Antara lain membaca terlalu dekat atau membaca sambil tiduran pada hipermetropi dan kebiasaan melihat jarak jauh pada miopi (ex: sopir2 jalanan atau para siswa yang terbiasa duduk dibelakang)

Sebenarnya hal ini bisa disembuhkan (dikurangi) dengan melakukan beberapa hal kecil, namun harus rutin.

  1. pada miopi, apabila anda baru saja melihat jarak jauh (nyupir dll) sering-seringlah untuk membaca jarak dekat. Hal ini berfungsi untuk mencembungkan lensa mata anda setelah lama memipih.

  2. pada hipermetropi, jangan langsung tidur setelah membaca atau belajar dalam jangka waktu lama. Dalam keadaan belajar mata dipaksa untuk akomodasi secara terus-menerus, hal ini menyebabkan otot mata menjadi tegang.maka cara relaksasi yang saya anjurkan adalah
    cobalah keluar rumah atau sekedar menengok lewat jendela, tatap bintang dilangit. Tunjuk satu bintang, lalu ambil dia, itu milikmu.

Hehehe... bukan, bukan begitu. Tapi bener lho, lihat kelangit lepas, lihat bintang-bintang, kalau perlu hitung sekalian. Dengan kita melihat langit lepas, liat bintang-bintang pada hakikatnya kita sedang melihat objek dengan jarak tidak terbatas dengan akomodasi mata = 0. sehingga lensa dan otot mata tidak menegang dan rileks, lakukan kira-kira 5-10 menit saja…



Sabtu, 17 Januari 2009



We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our schools

But our spririt will never die

We will not go down

In Gaza to night


Michael Heart

-We will not go down-


Say it with song! Tampaknya kata ini begitu gamblang dipakai dan dipraktekkan Michael Heart, musisi asal Los Angeles AS. Yang mendedikasikan lagu ini untuk saudara-saudara kita di Gaza. Sebagai bentuk sumbangannya untuk mereka lagu ini dapat didownload gratis melalui situs www.michaelheart.com sebagai imbalannya dia meminta pada semua orang yang mendownload agar menyumbangkan uangnya untuk Palestine.


Michael Heart hanya satu dari ribuan warga dunia yang menolak tragedi kemanusiaan di Gaza. Dengan kemampuan masing-masing apapun yang dimiliki, sepatutnya kita memberikan sumbangsih semampu kita.


Di dunia ini, dalam kitab hukum maupun agama manapun (yang benar) tentu tak satupun yang mampu menjelaskan dengan benar perilaku Israel, kedoknya negara maju, pasukan berbaju kevlar anti peluru namun berotak bar-bar tak lebih berarti dari sampah yang dibakar. Yang ada hanyalah konsep Homo Homini Lupus. Manusia yang memangsa orang lain demi kepuasan diri sendiri. Seluruh pondasi kemanusiaan dan peradaban moral dioark-arik. Dihancurkan dengan angkuh tanpa rasa bersalah.


While the so called leaders of country a far

Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain

And the bomb fall down like acid rain

Kamis, 15 Januari 2009

penjual kata-kata






Maaf, jangan berpikiran macam-macam dengan judul yang saya pilih. Bukan apa-apa. Tapi saya rasa saya telah menemukan orang yang tepat untuk disematkan dibahunya jabatan ini.( emang jenderal?)
Minggu 11 Januari 2009.saya baru saja pulang kampong. Dalam sebuah bis antar provinsi.
Pemuda tanggung, kira-kira 22-an, berpenampilan nyentrik, liar dan sama sekali ga asik. Dengan rambut gondrong sepunggung yang dikucir kuda, baju kedodoran yang sobek dari leher hingga dada, menunjukkan tulang-tulang rusuknya yang kering. Puluhan gelang melingkar ditangan dan sepatu butut tua.
Tanpa ekspresi dia melangkah ketengah bus, mengambil kuda-kuda untuk mengamen…. Dan….

“saudara saudara yang saya hormati, saya berdiri disini, saat ini, bukanlah karena kehendak saya, tapi karena sudah tersurat oleh tuhan.dan sekedar saja akan saya bawakan kata-kata nurani, puisi dan sastra yang penuh cinta….”

Lalu dengan penuh penghayatan dia bawakan beberapa puisi. Tak peduli bus berhenti, memasukkan mengeluarkan penumpang dan bergoyang mengikuti alunan jalan.
Beberapa puisi diantaranya Diponegoro-nya Chairil, MAJOI-nya Taufik Ismail dan……..

Sungguh,boleh jadi bila saya berada di aula kesenian hal ini terasa wajar,tapi kondisinya, saya berada dalam sebuah bus. Dan yang tampil didepan saya bukanlah mahasiswa unversitas seni ternama, melainkan seorang mahasiswa jalanan, dengan gelar preman.

Ok-lah…. Dan… selesai pertunjukannya. Lalu dia mulai menyusuri bangku penumpang dari depan hingga ujung belakang, mengadahkan tangan, menjemput keping-keping logam.

blind mind





Kamis minggu lalu, di masjid kampus UGM.
Lelah, menyandarkanku ditiang masjid setelah menembus jalan “sepi” kota jogja. Sejenak rehat.

Astaga!
Disana, 15 meter didepanku. Seorang buta tersuruk-suruk mencari pegangan,. Belum sempat kaki melangkah, seorang ikhwan telah mendekati dan menanyainya.

“ badhe tindak pundi pak?”(mau kemana pak?.jawa.red)

Dengan lugas dan jelas.” Pados padasan”(cari tempat wudhu)

Oh….subhanallah. sungguh kejadian yang membuka mata (kali ini sungguh benar-benar mata. Mata hati)
Seorang buta, yang tentu saja tak mampu melihat cahaya, mampu menemukan penciptanya dan melihat kebenaran dalam gelap.

Lalu bagaimana dengan diri kita? Sudahkah kita mampu melihat?