11 april 2010. Saya berkunjung ke kos seorang teman di Solo. Silaturahmi sekaligus memberikan buku titipannya. Seperti yang sudah kita rencanakan (dengan sedikit paksaan dari saya tentunya) kita makan siang bareng. Kita makan siang di sebelah timur taman wisata Jurug. Warung tenda ayam bakar tulang lunak.
Mulanya sejak masuk hingga saya selesai makan ndak ada masalah, hingga tanpa sengaja saya melihat kalender yang dipasang. Dan, Astaghfirullah, kalendernya adalah kalender gereja, dengan gambar salib dan paus serta sisipan ayat matius dan roma. Saya kaget sekaget kagetnya. Begitu pula ketika melihat sebuah salib tergantung di dada penjualnya.
Maka begitu kami keluar saya segera mengkonfirnasi hal tersebut. Parahnya, ternyata teman saya sudah lama tahu hal tersebut. Dia mengajak saya ke tempat itu karena binggung mencari tempat lain. Yang agak susah dicerna adalah pernyatannya bahwa banyak orang2 yang menurutnya lebih tinggi ilmu agama dibanding dirinya, makan ditempat itu. Jadi dia berpendapat, kalau mereka makan disitu berarti tempat itu sudah terjamin kehalalannya. Sebuah pemikiran yang naif.
Alasan yang sama yang mengingatkan saya pada problema Facebook yang mengundang pro-kontra beberapa bulan yang lalu. Beberapa orang meninggalkannya dengan alasan yang jelas. Facebook milik yahudi. Digunakan untuk kepentingan yahudi. Mulai dari yang paling keren, memata matai dat user hingga yang paling sepele menghabiskan waktu .
Beberapa teman tetap menggunakannya dengan alasan untuk dakwah, dan silaturrahmi. Sementara beberapa mulai ragu ketika mendengar tentang adanya konspirasi Yahudi dibalik geliat Facebook, teman teman yang aktif di jaringan Facebook malah “menghalalkannya” dengan alasan beberapa orang yang memiliki pemahaman agama lebih tinggi dari mereka tetap menggunakannya. Sehingga mereka merasa lebih “aman”.
Susah memang bila kita menjatuhkan hukum segala sesuatu hanya pada seberapa banyak orang yang menggunakannya. Masalahnya adalah, ini perut kita. Ini tubuh kita. Apapun yang masuk dalam jasad ini, kita yang bertanggung jawab. Bukan mereka.
Setidaknya, usahakan apapun yang berhubungan dengan diri kita sesedikit mungkin berhubungan dengan hal yang nyerempet dosa dan ndak jelas hukumnya. Semoga bermanfaat.
Selasa, 13 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Sungguh! Bukan main! Lagi-lagi kota Jombang menjadi pusat perhatian nasional setelah sebelumnya Ryan sang penjagal menghitamkan langit Jomba...
-
“Seumpama waktu sholat datang, dan terdapat sebuah mushala kecil yang kotor dan nyaris roboh. Dan antum harus menjadi makmum dari seorang im...
-
Maaf, jangan berpikiran macam-macam dengan judul yang saya pilih. Bukan apa-apa. Tapi saya rasa saya telah menemukan orang yang tepat untuk ...
-
Bulan ramadhan, bulan diwajibkannya puasa bagi umat Islam. Tua muda, pria wanita, tak bisa mungkir dari kewajibannya. Masjid masjid mendadak...
-
ada malaikat abu abu bersayap satu datang menakutiku dengan sayatan silet di muka dan matanya yang ungu aku takut dan meringkuk. ku kira buk...
-
bintang dilangit kerlip engkau disana... membawa cahayanya disetiap insan.. malam yang dingin kuharap engkau datang, membawa kerinduan disel...
-
Suatu siang, menjemput ibunda tercinta. Beliau bekerja sebagai guru bagi para tuna wicara, SLB B. Saya datang sepuluh menit lebih awal dari...
-
Setiap manusia aku yakini memiliki sepasang sayap, entah dalam bentuk apa dan terpasang dimana, sulit menginterprestasikannya dengan pikiran...
-
Sebenarnya, ini bukanlah pengalaman saya. Ini pengalaman orang lain. Seorang ustadz tepatnya.namun saya cantumkan disini karena isinya cukup...
-
Beberapa hari sejak sore itu, nafsu makan berkurang, pikiran tak tenang dan insomnia membayang ketika petang. Hari hari penyesalan terjadi....
1 komentar:
tajam sekali bagian akhirdari tulisanmu ini, dika.
saya jadi spechless :(
Posting Komentar