Sabtu, 20 Juni 2009


Beberapa hari sejak sore itu, nafsu makan berkurang, pikiran tak tenang dan insomnia membayang ketika petang. Hari hari penyesalan terjadi. Bahkan hingga saat ini. Ketika saya menuliskannya hanya sekedar berharap semoga ada orang lain yang mampu mengambil hikmahnya,

Ketika itu pukul empat sore, ketika saya berjalan menuju terminal Giwangan. Semua berjalan sebagaimana mestinya, hingga disebuah tikungan di bawah pohon, secara tak sengaja saya melihat sebuah sarang burung tergeletak di tanah.sarang itu jatuh dari tempatnya mungkin lima meteran. Dan dalam sarangh tersebut terdapat tiga ekor anak burung,dua tepatnya. Karena salah satunya sudah mati dirubung semut merah.yang mengenaskan, dua anak burung itu belum berbulu. Masih begitu lemah, dengan kelopak mata yang masih tertutup, dan beberapa semut yang mulai datang menggigitnya.
Segera saya angkat dua anak burung tersebut, saya bersihkan dari semut semut yang menggigitnya. Lalu diam. Bingung. Tak tahu harus berbuat apa. Bila saya tinggalkan, saya telah membiarkannya mati sia sia. Sedangkan kondisi saya hamper tidak mungkin untuk membawanya pulang.yang saya tahu, induk burung tidak akan memperhatikan nasib anaknya apabila sarangnya telah jatuh menyentuh tanah.

Setelah lama terdiam. Berperang dengan berbagai argument dan pemikiran. Saya menyerah pada insting dasar umat manusia, yang menganggap umat manusia tak lebih kuat daripada dirinya.
Pada akhirnya saya meninggalkannya di sarang burung yang penuh semut merah merubung, setelah sebelumnya saya sembelih keduanya dengan mengucap asma Allah. Bangkainya saya kembalikan pada semut semut merah yang akan mengembalikannya pada wujudnya yang tak abadi.

Saya tidak mungkin membawanya, lebih tidak mungkin meninggalkannya mati tersiksa. Saya tidak tahu, apakah yang saya lakukan sudah benar atau salah. Yang saya tahu, saya merasa amat bersalah setelahnya. Saya tidak pernah berharap mendapatkan pengalaman seperti ini,pun ketika saya mendapatkannya, saya tak bisa menolaknya. Andai saya boleh memilih…

1 komentar:

hidupyudha mengatakan...

kowe wi po nduwe ati?