Sabtu, 21 Februari 2009
Ponari dan Perang Akal…
Published :
19.33
Author :
Handika tinarso
Sungguh! Bukan main! Lagi-lagi kota Jombang menjadi pusat perhatian nasional setelah sebelumnya Ryan sang penjagal menghitamkan langit Jombang, kini giliran Ponari, murid kelas 3 SD Negeri 1 Balongsari yang menjadi dukun tiban setelah adanya petir di sore hari “memberinya” batu yang menjadi mediator berbagai jenis penyakit.
Yah, bagaimanapun ini adalah sebuah tamparan keras pemerintah yang dianggap gagal menyediakan fasilitas kesehatan yang murah.
Ponari adalah sebuah fenomena alam. keluar dari konteks benar salah. Ponari kini adalah selebritis medis Indonesia. Oleh karenanya, di sini saya berusaha membuka pola pikir kita agar lebih terbuka terhadap fenomena ini.Sejenak saja mengistirahatkan logika dan rasional, bukan juga berbisik dengan pikiran-pikiran gaib yang tak berteori.
Fenomena Ponari mari kita kaitkan dengan ranah filsafat teologi. Pemahaman ketuhanan yang dibangun kadang hanya mendasar pada realitas, rasionalitas, dan logika.
Jika hal ini benar terjadi maka Tuhan adalah wilayah kajian empiris yang tidak dapat diraba secara indra. Namun sebagai manusia yang pasti sulit mempertahankan kondisi sedemikian ini, pada suatu titik tertentu, pasti akan buntu. Alam empiris seolah hanya bisa tersaji tanpa bisa menyaji.
Melalui peristiwa ini, Allah seolah mengingatkan kita yang melupakan keberadaan-Nya. Nama Allah memang selalu tersebut oleh lidah. Namun kehidupan sehari-hari? Sudahkah terwujud?
Dan dengan sudut pandang semacam ini, marilah sejenak merenungkan kembali konsep penghambaan diri sebagai peredam perang akal dan hati.
Sejenak saja, mari membaca dengan hati, akal dibangkucadangkan, menunggu saat yang tepat untuk digunakan kembali. Bukannya tidak menggunakan akal sepenuhnya, alangkah baiknya jika mata hati dan akal mampu berjalan secara harmonis dan seimbangdalam hidup ini.
Kepada mereka yang masih mendewakan dukun tiban ini, mari berpikir jernih, bukan sekedar nekat adalah sebuah ikhtiar yang mulia. Jangan sampai salah langkah, apalagi hingga mempersembahkan 4 nyawa sebagai korbannya. Kesembuhan… sesungguhnya tak pernah lepas dari tangan Tuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Suatu siang, menjemput ibunda tercinta. Beliau bekerja sebagai guru bagi para tuna wicara, SLB B. Saya datang sepuluh menit lebih awal dari...
-
Beberapa hari sejak sore itu, nafsu makan berkurang, pikiran tak tenang dan insomnia membayang ketika petang. Hari hari penyesalan terjadi....
-
11 april 2010. Saya berkunjung ke kos seorang teman di Solo. Silaturahmi sekaligus memberikan buku titipannya. Seperti yang sudah kita renca...
-
Bulan ramadhan, bulan diwajibkannya puasa bagi umat Islam. Tua muda, pria wanita, tak bisa mungkir dari kewajibannya. Masjid masjid mendadak...
-
Imaji, alam khayal, adalah sebuah kosmos yang tercipta didalam neuron neuron otak. Yang memperindah dunia, yang mampu merubah warna putih me...
-
ProklaNasi Dengan ini Angkringan kami menyatakan kemerdekaanya, Hal hal yang mengenai gerobak angkring,gorengan,sego kucing dll akan diurus ...
-
Bar ngaji trus aku berubah jadi abu. Bur! Keterak angin Ning ngisor wit meneng aku. Setan datang dan bertanya “lagi ngapain yank?’ Nemu boto...
-
Mana yang akan anda pilih? Nama adalah doa, kata sebuah pepatah islam yang kita kenal. Atau lebih tertarik pada statement Shakespear...
-
sesaat duduk duduk di beranda kamar, tersadar pikiran beberapa waktu silam. pada kenangan masa SMA. saat itulah, beberapa petuah usang k...
-
“Ketika malam tiba… Kurela kau berada… Dengan siapa… kau melewatinya…..” Alunan nada sumbang Iwan Fals diatas terdengar dalam sebuah...
4 komentar:
tetanggaku namanya pon juga, poniran...
tetanggaku juga ada yang kena petir juga, tapi petirnya tidak membawa batu, tapi 'membawa' Izroil bersamanya...
kebodohan manusia lagi-lagi tampak...
PONARI SWEAT!
menyegarkan!
ya.... teman2 tau yang amana yang paling "segar" hahaha
Posting Komentar