Senin, 31 Agustus 2009


sesaat duduk duduk di beranda kamar, tersadar pikiran beberapa waktu silam. pada kenangan masa SMA. saat itulah, beberapa petuah usang kembali terngiang. salah satunya, "aktivis dilarang pacaran".

"dilarang pacaran". sebuah petuah yang lahir dari rahim ketidakmatangan emosi. yang kemudian waktu mengganggu etos kerja sebagai aktivis(pandangan umum). melupakan amanah dan terkadang merusak ukhuwah. bila memang benar begitu, mengapakah bisa terjadi korsleting antara cinta dan etos kerja?!

bila mungkin benar cinta bersifat subversif terhadap profesionalisme, sungguh betapa malang manusia?! untungnya redaksi petuah itu berbunyi "aktivis dilarang pacaran", dan bukan "aktivis dilarang jatuh cinta". karena cinta itu fitrah manusia. tak mau diundang bila tak mau datang, dan tak bisa mengelak bila masanya kelak. cinta bersifat universal,tak mampu disekat ruang dan waktu,karena pada dasarnya cinta adalah cerita indah tentang apa saja.

bolehlah bila aktivis harus menyisihkan cinta dari lubuk hatinya, bila cinta yang dimaksud adalah cinta ego belaka. posesif,absurd dan berpotensi korslet dengan etos kerja.

padahal sesungguhnya cinta itu tenaga. yang mampu memberi kekuatan bagi kegiatan apa saja. bergantung pada pengendalian dan tranformasinya. pada prakteknya, energi cinta tak perlu lah tertuang dalam bentuk konsentrasi terhadap lawan jenis, meski jelas kemungkinan ke situ besar adanya. bila cinta itu datang pada takaran yang tepat dan masa yang siap, tak perlulah kau tutup itu hati. biarkan cinta mengisi dengan energi. mencintai adalah bentuk memberi tanpa keinginan menerima.

pada akhirnya saya jadi teringat pepatah pecinta sejati...
"bahwa mencintai tak harus memiliki"

1 komentar:

yudha mengatakan...

tak perlu mengutuk kegelapan.
bukankah kita telah menyalakan lilin yang sama?
dengan cahya yang menuntun kegelapan kita hingga ke ujung sana.
tepat pada waktunya!