Kamis, 29 April 2010


Akankah ada segala yang pernah ada dan tlah tiada?
Terperangkap dalam masa lalu sungguh tak jenak kau tau.
Tahukah kau mengapa aku gembira menatap gemintang di langit malam? Karena bintang adalah cahaya masa lalu. Apa yang kita lihat saat menatap bintang adalah proyeksi cahaya yang butuh berjuta tahun untuk sampai ke mata kita.
Serupa kita. Masa lalu kita. Seolah aku melihat tawa kalian dalam gugusan gubug penceng. Melihat tangis kita di bawah gugus sang pemburu. Orion. Masa masa yang tak mungkin terulang dan direkonstruksi ulang.
Tak ada yang bisa menggantikannya. Aku telah mencoba mencari penggantinya. Nihil. Yang kutemukan hanyalah topeng topeng bopeng bernama kesetiakawanan. Tak ada perasaan marah ketika dikecewakan, tak ada ngambek 3 hari seperti yang biasa kita lakukan.
Gila. Terkadang aku sadar aku terlalu naif berpikir semacam ini. Lalu aku mencoba memandang semuanya seperti cara orang orang memandang dunia. Tapi kembali kutemukan kesunyian. Ada ruang yang kosong. Yang dulunya bergema suara suara kalian.
Aku takut menua. Andai kita bisa kembali belia. Dan sang waktu bisa kutemukan. Dengan senang hati aku ingin membunuhnya.
Aku paling benci perpisahan. Apapun itu. Semeriah apapun. Itulah alasan mengapa aku menangis saat perpisahan kita dimeriahkan sebuah pesta. Seolah dunia gembira melihat kita pecah tak teruntai. Kini, aku semakin takut. Tak hanya takut kehilangan. Aku takut aku tidak siap melihat masing masing kita makin terpisah.
Akankah kita bertemu kembali pada suatu senja di ilalang surga?
When the time is coming up, we will be as one?

1 komentar:

idul_milan@yahoo.co.id mengatakan...

aku juga, paling benci dengan perpisahan.yang selalu aku lakukan adalah melindungi apa yang aku anggap penting, tanpa berfikir apa konsekuensinya.
seperti ingin melihat pohon bintang kembali, menatap bintang2 di area terbuka, tanpa pengahalang.

aku ingin ke-alam bebas dengan kalian lagi,aku bosan dengan macam kehidupan yang hampir setahun tanpa kalian,aku selalu merindukan kalian.